Bismillah.
Madu memang luar biasa, bahkan Allah menyebutkan tentang madu didalam Al Qur’an :
يَخْرُجُ مِن بُطُونِهَا شَرَابٌ مُّخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاء لِلنَّاسِ
“… Keluar dari perutnya (lebah) minuman yang berbeda warnanya, padanya terkandung obat bagi manusia.”. (An Nahl: 69)
Dan Rasulullah Shallallahu ‘alayhi wa sallam pun bersabda :
الشِّفَاءُ فِيْ ثَلاَثَةٍ: شَرْبَةِ عَسَلٍ وَشَرْطَةِ مِحْجَمٍ وَكَيَّةِ نَارٍ وَإِنِّيْ أَنْهَى أُمَّتِيْ عَنْ الْكَيِّ
“Kesembuhan itu berada pada tiga hal, yaitu minum madu, sayatan pisau bekam dan sundutan dengan api (kay). Sesungguhnya aku melarang ummatku (berobat) dengan kay.” (Al Bukhari)
Namun dimaklumi bahwa semuanya ada aturan mainnya. Dalam hal ini yakni jangan beri madu asli pada si kecil karena bisa berakibat kematian. Menurut Adi Tagor, harus ada kerja sama antara Depkes, Ditjen POM (Pengawasan Obat dan Makanan), dan Lembaga Konsumen Indonesia dalam hal perlindungan mengenai madu bagi bayi dan balita. Merek-merek madu apa saja yang aman dikonsumsi, sehingga orang tua pun tak kebingungan dan tak gelisah akan kemurniannya yang tak dipalsukan, serta kebebasannya dari hama dan zat-zat tambahan lain yang tak baik untuk anak. Dengan demikian, anak terlindungi dan para dokter anak pun bisa menjawab madu apa saja yang aman dikonsumsi.
MADU HARUS YANG DIMURNIKAN
Menurut Adi Tagor, menurut riwayat-riwayat nonmedis dari zaman dulu kala, madu boleh diberikan sejak bayi baru lahir. Hal senada diungkapkan oleh pakar obat tradisional, Prof. H. Hembing Widjayakusumah. Menurut beliau, madu sudah dipakai beribu-ribu tahun lalu, bukan sekarang saja. Jadi, boleh saja diberikan pada bayi dan anak.
Namun, dari penelitian modern, madu yang asli, yaitu yang diperas dari sarang tawon, ternyata ditemui ada kaki-kaki tawonnya juga yang membawa kuman. Di sini persoalannya karena tawon, kan, tidak hanya hinggap pada bunga lalu pulang ke rumahnya. Kadang ia pun mampir ke tempat-tempat lain seperti mengacak-acak sampah dan lainnya. Di madu tersebut terdapat yang namanya clostridium botulinum. Spora dari clostridium botulinum ini bisa tumbuh dalam tubuh anak dan menyebabkan botulism. Gejalanya: anak mengalami panas, kembung, dan kejang. Penyakit ini bisa menyebabkan kematian.
Itulah sebabnya, madu yang dibolehkan untuk bayi dan balita hanya yang refined dan purified with no additive (sudah dibersihkan dan dimurnikan). Jadi, madu asli yang masih ada lilin-lilin atau sarang tawonnya tidak boleh diberikan kepada bayi dan anak, karena ditakutkan ada bahaya mikrobiologinya, yaitu spora dari clostridium botulinum. Selain harus madu yang steril, juga jangan madu palsu karena bisa menimbulkan berbagai reaksi.
Menurut Hembing, Jika bayi dan balita ingin diberikan madu asli, tidak mengapa, asal disterilkan dulu, yaitu dimasak panas agar kumannya mati.
Madu refined dan purrfied di Amerika dan Eropa biasanya disebut honey jam, ato dalam bentuk selai. Ada juga merek tertentu yang terkenal dan di Indonesia bisa ditemui di outlet atau supermarket khusus tempat orang asing berbelanja. Untuk madu-madu lokal juga ada yang sudah dimurnikan dan dijual di apotik-apotik.
Wallahu a’lam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar